Bromo x Garuda = Musibah Membawa Berkat

by Wednesday, September 28, 2016 1 komentar
 sumber gambar


Bukan pengalaman hidup yang gimana-gimana sih. Bisa dibilang normal dan sebagian besar pernah mengalami. Tapi dalam sehari saya berhasil dibuat Tuhan panik, nyaris nangis (nyaris doang ya), bingung, tapi berakhir bahagia.


Jadi ceritanya..

16 Juli 2016 pagi, saya harus berangkat ke Jakarta dari Malang. Karenaa..
17 Juli 2016 malam.. saya akan berangkat ke Korea Selatan untuk liburan seminggu.
(posting liburan ke Korea nya di next post yaa, semoga nggak males nulisnya hehe)

Saya ambil cuti cuma 10 hari, dari tanggal 16 Juli sampai 23 Juli aja. 24 Juli sudah masuk kerja lagi seperti biasa.
Namanya kerja kantor, apalagi di hotel, nggak ada namanya libur panjang. Bisa libur 2 hari aja sudah bagus. Tapi Puji Tuhan, ini hotel punya keluarga sendiri, jadi diperbolehkan cuti 10 hari walaupun bulan-bulan sebelumnya memang saya nggak ambil libur sama sekali.

Jadi begitu, harus bisa memaksimalkan waktu sebisa mungkin. Mepet mepet nyerempet gitu deh akhirnya.
16 Juli berangkat dari Malang, 17 Juli nya cuss Korea.

Pagi-pagi saya sudah rapi jali dengan koper yang sudah disiapkan hari-hari sebelumnya. Dengan ringan hati saya berangkat ke Bandara Abdul Rahman Saleh Malang. Sempet ada kejadian gak enak juga sih, karena paginya dapet sms dari Garuda kalau pesawatnya delay 1 jam an, tapi entah kenapa saya salah baca saya kira delaynya 1 setengah jam. Untung cepet sadar o.O walaupun jadinya agak gedubrakan berangkatnya karena terburu buru.

Sampai bandara ABD, sudah mepet waktu boarding, disambut sama bapak-bapak berpakaian tentara di gerbang masuk.

"Bandara tutup, Pak. Tapi coba tanya aja, siapa tahu dialihkan ke Surabaya."

JDIIIERR.

Saya kaget dan speechless.


Memang sempat ada ketakutan bandara tutup karena beberapa hari sebelumnya bandara sudah ditutup karena erupsi Gunung Bromo. Tapi setelah itu beritanya mereda dan saya pikir bandara udah kembali dibuka. Ternyata..

.. masih tutup beneran *hiks*

Tapi saya lihat banyak bis-bis parkir di depan gedung keberangkatan dan sudah terisi beberapa orang penumpang. Jadi saya pikir, oh .. kayaknya yang batal berangkat dari Malang dinaikkan bis ini, dibawa ke Surabaya, terus naik pesawatnya dari Surabaya. Ya udahlah ya gapapa, telat dikit yang penting hari ini nyampe Jakarta.

Saya langsung turun, cari counter Garuda Airlines, dan ternyata .. disana sudah penuh sesak dengan orang marah-marah. Saya mendekat dan coba mendengarkan mereka dulu.


Pengumuman pembatalan penerbangan

"Priority! Priority! Saya minta priority! Saya sudah pesan dari Traveloka ini!" bentak salah satu bapak di depan counter Garuda sambil menempelkan voucher Traveloka nya ke kaca.

"Mana Garuda tanggung jawabnya! Masa nggak ada solusi, pengecut itu namanya!" kata bapak yang lain.

Saya pelan-pelan tanya, "Bapak mau naik Garuda yang penerbangan jam 10.55?"

"Iya, tapi mereka nggak mau kasih solusi ini. Nggak dikasih kepastian ganti jadwalnya jadi kapan, nggak bisa dialihkan ke Surabaya, itu Sriwijaya aja langsung kasih bis, buat bawa ke Surabaya, penerbangan dialihkan dari sana."


Saya semakin lemes.


Saya memang sering naik pesawat, tapi seumur umur yang berangkat sendiri ri ri ya baru kali ini. Pertama kali naik pesawat sendiri dan dapet pengalaman begini.

Saya yang nggak tau harus apa coba telpon ke Jakarta, minta pencerahan. Entah karena paniknya saya atau giman, nelpon pun sampe salah2 ke teman gereja. Jelasnya nggak usah diceritain lah ya, malu malu in hehee

Orang-orang makin menggila, pokoknya kurang lebih mereka bahas tentang reroute reschedule refund dsb dsb..

"Ih, bisa sih bisa, tapi nambahnya banyakk, sejutaan .." kata seorang ibu. Mungkin maksudnya reschedule dari Surabaya kali ya, saya nggak terlalu paham.

"Oke mbak, kalau saya reroute dari Surabaya, saya dibiayain nggak sama Garudanya buat ke sananya, ke Surabaya nya?" tanya seorang mbak-mbak.

"Nggak, mbak." kata CS Garuda.

"ENGGAK?" tanya mbak itu lagi, surprise.

Dan dia hanya menghela nafas panjang.

...

Nggak lama, saya tersambung dengan tante di Jakarta dan dia bilang dia akan coba cari di Traveloka, apa ada peawat dari Surabaya ke Jakarta nanti malam. Telepon ditutup.

Harapan dapet tiket di hari itu (Sabtu, 16 Juli) sudah pasti kecil sekali. Karena 18 Juli, hari Senin nya adalah hari dimana 90% anak sekolah mulai masuk sekolah ajaran baru setelah libur panjang lebaran. Tiket Garuda yang batal itu aja belinya sudah dari sebulan yang lalu, bahkan sebelum visa Korea keluar. Karena tante saya tahu, Sabtu 16 Juli jelas arus balik lagi rame-ramenya, dan tiket pasti cepat habis.

Selang beberapa menit kemudian. saya telpon lagi dan kali ini tante saya menyarankan alternatif teraman. Pergi ke counternya Garuda Indonesia di Hotel Savanna Malang, dan coba tanya apa ada pesawat yang berangkat ke Jakarta dari Surabaya malam ini. Pasti disuruh nambah uang, nggak apa-apa yang penting nyampe, karena ini urusan urgent, besok malam saya harus berangkat ke Korea, dan hari itu juga saya harus tiba di Jakarta. 

Ya gak lucu aja, udah bikin visa KorSel setengah mati ribetnya, tour udah dibayar dan gak murah, udah nyiapin ini itu berbulan bulan sebelumnya, udah beli tongsis .. masa batal gitu aja gara-gara erupsi Bromo?

...

Saya langsung meluncur ke Hotel Savana, ambil antrian, dan menunggu di lobby hotel sambil terus berdoa dalam hati, semoga masih ada kursi dan saya bisa tiba di Jakarta hari ini juga.

Disana yang mau komplain dan refund dan lain lainnya, para korban penutupan bandara ABD pokoknya, sudah banyyakk sekali. Sempat ngobrol-ngobrol juga sama salah satu bapak-bapak disana.

"Garuda memang gitu, mbak. Dia kan yang paling besar, jadi bisa seenaknya. Coba kalo armada yang lain, bisa-bisa nggak laku, bangkrut."

Setelah penantian panjang, mungkin satu setengah jam saya menunggu antrian, akhirnya saya bia mauk ke counter GI dan menjelaskan seluk beluk permasalahannya.

"Jadi ini.. kalau mau yang langsung diproses sih yang bisnis, kalau ekonomi harus nunggu dulu, nggak pasti, waiting list. Tapi ya harus bayar kekurangannya ya."

"Nggak apa-apa mas nambah, yang penting saya sampai Jakarta." jawab saya.

"Iya ini kebetulan tinggal 1 seat di bisnis."

5 menit selanjutnya saya disibukkan dengan proses pembayaran selisih biaya (Sekitar 1 jutaan lebih) dan pencetakan tiket. Saya pun keluar dengan hati lega. 

Setelah berpamitan dengan bapak-bapak yang menemani saya ngobrol sembari menunggu di lobby, saya langsung meluncur ke Juanda. Jam menunjukkan pukul 2 siang dan penerbangan saya jam 8 malam.  Perjalanan masih panjang, jendral. Tapi paling tidak saya sudah lega tour ke Korea saya nggak batal, yippie!

Puji Tuhan, badai pun berlalu.

.
.
.
.


Dan disinilah kekonyolan dimulai...


Saya sampai di Juanda sekitar jam 5 sore dengan kondisi kelaparan.

Celingak celinguk sambil bawa koper masuk sambil inget-inget, proes pertama kalau mau naik pesawat gimana yaaaa~
hahahah.

Karena e-tiket dari traveloka sudah ditukarkan di Hotel Savanna, jadi saya langsung check-in bagasi. Saya cari-cari di tempat check in bagasi yang berderet panjang yang ada tulisan Garuda Indonesia Business Class, nggak ada. Semuanya Economy Class. Yang kelas bisnis dimana?

Setelah wara wiri kayak orang bego beberapa saat, ternyataaaa saya baru tahu kalau check in bagasinya kelas bisnis pake lounge sendiri.


Yaelah.


Dipikir-pikir iya juga ya, kok bego amat baru sadar. Sambil tertawa dalam hati saya masuk dan check in bagasi. Di sana pegawainya sungguh super ramah. Super ramah banget pake sekali. Dibawakan barangnya, dipersilahkan duduk, dikasih permen, terus tinggal menunggu proses check in bagai selesai. Sempat kaget ama pegawai GI yang tiba - tiba berlutut di samping tempat saya duduk hanya untuk memberikan tiket saya beserta nomor bagasi kepada saya.


Sampai segitunya ya kelas bisnis, astaga ..


Nggak sempat foto lounge kelas bisnis, cuma bisa keliatan ya lantai karpet dan sofa nya :)


Masih ada 2 jam an sebelum boarding, akhirnya saya coba cari makan di area dalam bandara. Kondisi sudah lapar sekali karena terakhir makan pagi-pagi sebelum berangkat ke bandara Malang. Dan disiniah kebodohan 2 terjadi.

Daripada saya cerita kepanjangan dan belibet, bisa dibaca sendiri chat line saya dengan adik sepupu saya ini:







Yak, jadi intinya saya nggak tau kalau Business Class ada lounge sendiri juga untuk menunggu, dan sudah banyak makanan melimpah dan free di dalamnya. Saya malah menunggu di luar gate dan makan roti apa adanya. Untunglah ada Syeba. Makasih, syeb! *terharu*

 Lounge bisnis GI, santaii ~

 Kece.

Kapan lagi bisa santai di lounge bisnis?


Boarding, disaat yang Economy Class menunggu antri panjang, saya langsung sluyurr masuk lewat jalur khusus.

Di pesawat kursi 4 baris dan dibagi jadi 2 kolom gitu deh kayaknya agak lupa juga. Jadi satu ruangan hanya diisi 16 kursi. Dan waktu itu hanya terisi 5 orang, termasuk saya. Nggak ada yang duduk sebelahan, semuanya punya 1 kursi kosong disebelahnya. Weh weh, baru tahu saya sistem kelas bisnis ternyata begini.


Berikut chat line saya sama mamanya Syeba:



Heheheh.

Lanjut dalam pesawat cus!

Kursi bisnis. Muka di sensor karena tak layak pajang, sudah kucel.


Masuk pesawat, baru duduk sudah dikasih welcome drink.
Apple juice


Disaat Economy Class cuma dapet kotak kue, saya dapat makanan berat seperti ini.
Pokoknya lengkap kap kap.


(Well, biasanya Economy Class dapet makanan berat juga sih. tapi untuk perjalanan jauh yang lebih dari 2 jam, ya nggak sih?)

Selesai makan masih ditawari minum lagi, "Mau kopi atau teh mungkin?"

TV nya juga beda dari yang ekonomi.
TV nya bisa dilipat, masuk sandaran tangan samping kursi.

Dan akhirnya..
.. sampai juga di Jakarta.
Bye bye kursi bisnis :(


Pesawat take off, dan bus yang membawa kelas bisnis ke Baggage Claim juga berbeda dengan yang ekonomi.

Meh..

Waktu duduk di bus itulah saya baru sadar kalau di kelas bisnis cuma ada 5 orang.

1 bapak bapak yang sepertinya pengusaha penting.
2 orang laki-laki jepang.
1 orang laki-laki bule.
1 perempuan usia 22 tahun yang tolah toleh kayak sapi ompong: saya.

(Well, sepertinya kata-kata mas CS Garuda di Hotel Savanna itu sepertinya hanya untuk menenangkan dan menyenangkan saya saja, bilang kursi di bisnis tinggal 1.. padahal kalau dipikir pikir .. total masih ada 11 kursi kosong di bisnis. Atau ada alasan lain? Tak tau lah ..)

Di Baggage Claim, saya (akhirnya) udah pinter dikit dong.
Saya cari Lounge Garuda yang ekskusif itu.
Kasih tiket dan nomor bagasi, ditanya barangnya apa, koper atau kardus atau apa, kemudian tinggak duduk manis menunggu bagasi diambilkan. Nggak pake deh menunggu dan cari-cari koper. Hahahah.

Baggage claim tag, ada tanda Priority nya.


Dan akhirnyaaaaaaaaa,
keluar bandara disambut kakak semata wayang plus Syeba yang lagi ngunyah kentang goreng McD.

Sampai rumahnya Syeba, mungkin sudah jam 10 malam.
12 jam lebih perjuangan dari Malang untuk sampai ke Jakarta.
Benar-benar hari yang panjang, melelahkan, tapi menyenangkan.


Ahirnya sampai Jakarta! *super capek*


Mama saya pernah bilang.
Tuhan itu kadang lucu, suka ngajak becanda. 

Hari itu, saya merasa seperti diajak Tuhan jalan-jalan di taman bermain. Berangkat ke taman bermain dengan ekspetasi tinggi, sudah terbayang saya akan makan gulali manis, naik Bom-Bom Car dan Mary Go Round favorit saya. Sayangnya. baru sampai taman bermain sama Tuhan nggak taunya dipaksa naik Roller Coaster yang saya benci dulu. Diuat bingung, panik, nangis sampai nggak tahu harus berbuat apa. Saya jalani permainan Roller Coaster Tuhan bersama Tuhan sendiri yang duduk di samping saya, memegang tangan saya.

Disaat saya panik dan hampir nangis naik Roller Coaster, Tuhan disamping saya hanya tersenyum, mungkin bahkan menahan tawa melihat anakNya panik. Kenapa? Karena Tuhan tahu, Tuhan sudah ada rencana, setelah naik Roller Coaster, dia akan ajak anakNya ini naik Bom-Bom Car favoritnya, lalu akan naik Mary Go Round, dan juga akan membelikan gulali manis yang banyak. Tuhan akan memberi banyak kenangan indah.

Tuhan tahu anakNya benci Roller Coaster, tapi Dia ingin anakNya merasakan naik Roller Coaster juga, bukan hanya naik permainan remeh seperti Mary Go Round. Dan toh pada akhirnya, pengalaman naik Roller Coaster itu juga jadi pengalaman yang indah buat saya. Jadi pengalaman yang paling berkesan hari itu, jaaaaauh lebih berkesan dari pengalaman naik Mary Go Round dan makan gulali manis.

Hari dimana saya kira saya mendapat musibah, ternyata sama Tuhan malah dikasih berkat melimpah.
Tuhan memang kadang lucu, suka ngajak bercanda,



Dear God,
Thank You for the Roller Coaster experience. 
That was fun.


Sincerely,
I love Your sense of  humor.

Atalia

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

1 komentar :

Ree said...
This comment has been removed by the author.